“Eh san”
“Iya”
“Nanti gak lama lagi, aku mau pergi lagi san”
“Ke inggris lagi?”
“Iya, soalnya kuliah aku kan belum selesai”
“Lalu kamu selesai kuliah kapan?”
“Yaaa palingan dua tahun lagi, Kamu sih enak baru tiga tahun
udah mau sidang, soalnya kamu juga pinter sih”
“Hehe biasa aja kok”
“Kuliah disana itu, susah banget san”
“Susah gimana?”
“Ya susah aja, gak bisa dijelaskan dengan kata-kata san”
“Ohhh, emang separah itu yah?”
“Parah banget san”
“Kapan kira-kira kamu ke inggris?”
“Paling yaa lusa”
“Ohhh”
Adanya Misa membuat hatiku terisi kembali, aku senang. Misa
bisa menggantikan Sari yang telah tiada dalam hatiku. Mungkin jika aku
bersamanya, Sari juga akan senang. Karena dia pernah bilang padaku kalau aku
bahagia pasti dia juga bahagia, itu kata-kata Sari yang tak bisa kulupakan
sampai sekarang.
“Misa?”
“Apa san?”
“Aku sayang sama kamu”
“Hehehe, iya san, aku juga sayang sama kamu”
“Mmmm mungkin ini agak konyol yah, kamu mau gak jadi pacar
aku?”
“Hah? Tapi san, aku gak mau pacaran”
“Kenapa?”
“Karena pacaran itu hanya mengumbar nafsu saja san”
“Yaa tapi aku enggak kaya gitu Mis”
“Ya siapa tau aja”
“Katanya kamu sayang aku Misa?”
“Iya aku sayang kamu aku cinta kamu”
“Lalu?”
“Yaaa jika kamu pacar aku, mungkin nanti kamu akan membuat
janji-janji palsu”
“Tapi Misa, aku sayang sama kamu aku cinta”
“Kalau kamu mau sama aku, kamu harus berani”
“Berani buat apa?”
“Kamu bilang pada orang tuaku bahwa kamu akan menikahiku,
kamu berani?”
“Siap aku berani”
“Baguslah”
.............................................
“Misa, dua tahun kamu akan pulang, aku sudah bekerja, aku
akan langsung melamarmu”
“Baiklah Ihsan, aku akan menunggumu, selalu menunggumu”
Pagi di hari kepergian Misa, aku mengantarnya ke Bandara...
“Misa, baik-baik disana ya, semangat belajarnya biar cepet
lulus yah”
“Oke san, kamu juga ya, cepet lulus, cepet kerja”
“Iya, aku gak akan lupa janjiku padamu”
“Aku juga gak akan lupa san, sampai jumpa san”
“Iya sampai jumpa, hati-hati ya Misa!”
Setelah hari kepergian Misa aku jadi semangat, hidupku
terasa terang kembali dengan adanya Misa, dia bagai cahaya mentari di pagi hari
yang sempat gelap dikala malam hari.
Aku berambisi menyelesaikan kuliahku, aku juga berusaha agar
kiosku ramai orang.
Akhirnya, aku sudah menyelesaikan kuliah, aku lulus, dan aku
jadi sarjana. Dan juga, aku tidak usah repot-repot mencari kerja, karena banyak
perusahaan yang menawariku, dan aku memilih pekerjaan yang aku inginkan. Aku
bekerja di perusahaan marketing.
Sudah setengah tahun aku bekerja disana, dan sudah satu
tahun berlalu setelah kepergian Misa. Selama aku bekerja aku mendapatkan gaji
setiap bulan, gaji itu aku berikan kepada orang tuaku, dan separuhnya untuk
modal usaha kios bungaku, aku masih tetap menjalankan kiosku.
Dua tahun sudah berlalu, aku sekarang menjadi seorang
manajer di perusahaan itu. Aku bisa membelikan rumah yang bagus untuk orang
tuaku, aku bisa membawa ayah ke dokter dan sekarang sudah sembuh, aku sudah
mengembangkan usaha bunga ku dan sekarang sudah cukup besar dan aku mempunyai
karyawan, aku juga sudah mengumpulkan uang untuk membeli rumah, tinggal satu
lagi. Aku akan melamar Misa, aku juga sudah mendapat restu dari orang tuaku...
Ketika aku tengah di toko ku, Misa datang kepadaku.
“Misa, selamat datang”
“Eh Ihsan, wahhh usaha kamu sudah berkembang yah?”
“Iya Misa, hehe, ini kan modal untuk rumah tangga kita
nanti”
“Ohh iya ya”
“Duduk dulu silahkan”
“Ohh iya makasih”
“Ngomong-ngomong, gimana kuliah kamu?”
“Sudah beres kok, aku juga udah kerja disini”
“Ohh sudah bekerja dimana?”
“Di perusahaan tempat kamu bekerja”
“Jadi kamu bekerja disana? Kok aku gak tau?”
“Iya kan aku baru disana”
“Lalu kenapa kamu juga tau aku kerja disana?”
“Perusahaan itu kepunyaan ayah aku, jadi aku tau siapa yang
bekerja disana, kamu manajernya kan?”
“Ohh itu perusahaan ayah kamu?? Aku bener-bener gak tau
Misa, aku juga gak tau ayah kamu, soalnya ayah kamu kan di luar negeri”
“Iya, kamu gak tau ya, tapi ayah aku tau kamu kok”
“Iya?”
“Iya, aku suka cerita ke ayah tentang kamu, jadi dia tau”
“Ohh gitu, hehe jadi malu nih”
“Ayah aku sekarang udah pulang kok”
“Ohh sudah pulang?”
“Ya iyalah udah pulang kamu gimana sih? Kan menunggu kamu
melamar aku, masa ayah aku disana aja sih”
“Oh iya yah...”
“Eh san aku pulang dulu ya, ada urusan”
“Eh Misa tunggu dulu aku mau ngomong sesuatu”
“Hahaha udah nanti aja di rumah, yuk ah”
Besoknya, aku dan orang tuaku memutuskan untuk datang ke
rumah Misa, melamar Misa untuk menikah, karena aku sudah siap menghidupi Misa
dan keluargaku nantinya.
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam, silahkan masuk nak Ihsan, Ibu bapak”
“Iya terima kasih”
............................................
“Ketadangan kami kemari ini untuk melamar anak bapak yang
bernama Misa, dengan anak Kami Ihsan, kami sudah merestui nya, dan apakah bapak
dan ibu merestui mereka berdua?”
“Mmmm, gimana mah?”
“Kalau papah sih gimana?”
“Boleh boleh, tapi ada pesan dari saya kepada mereka berdua”
“Apa itu pah?”
“Tunangannya jangan lama-lama langsung aja nikah biar cepet,
papah pengen cepet-cepet punya cucu”
“Ihh papah”
“Alhamdulillah”
...
“Misa?”
“Iya san”
“Kamu mau kan jadi istri aku, kita juga sudah direstui”
“Mmmm gak mauu”
“Gak mau??”
“Gak mau nolak kamu hahaha”
.......................
“Haduh anak muda jaman sekarang ada-ada saja ya”
"Ayoo ayoo sini duduk, kita foto bareng..."
"Ciiiisss"
Semua tertawa riang, pernikahan dilaksanakan tidak lama
setelah lamaran, pernikahan itu dilaksanakan dengan penuh suka cita...
Pernikahan telah usai, aku hidup bahagia, ternyata memang
benar mentari di pagi hari, lama-lama menjadi siang, semakin siang maka sinar
akan semakin terang...
Yang bisa menghilangkan cahaya hanyalah kegelapan, dan yang
bisa memisahkan cinta kita hanyalah kematian...
The End.
Created by : Triesha Fetrieka Putra (2014)
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong berikan komentarnya kritik ataupun saran...