Untuk cerita kali ini masih love story yah, gak tau kenapa bikinnya itu love story aja. Cerita ini juga dibuat oleh pengarang yang sama dari cerita sebelumnya, Destri Islamiyati Putri... wkwkwk ^^
Langsung saja ini diaaa....
Bahagia Itu Pilihan
Cinta itu terkadang rumit, saat kita masih bersamanya kadang
kita abaikan tapi saat kita sudah tak bersamanya lagi malah kita rindukan.
Cinta itu memang manis saat baru dimulai tapi akan lebih manis lagi jika itu
tak pernah berakhir. Tapi sayang semua kata-kata itu sepertinya tak bisa
kupertahankan.
Aku Obi, aku adalah seorang siswa. Ya aku masih remaja, aku
bersekolah. tepatnya aku masih sekolah menengah pertama. Setiap hari aku
menjalani kegiatan-kegiatan sekolah layaknya seorang pelajar yang selalu disibukan
dengan tugas-tugas dari guru harus mengerjakan tugas ini lah tugas itulah, PR
ini lah PR itu lah, kerja kelompok ini lah kerja kelompok itu lah ditambah lagi
harus ekskul yang membuat aku pulang sore. Dan terkadang aku bosan dengan
kegiatan yang menurutku tiada akhir.
Ternyata aku tak terlepas dari cerita cinta seperti hal nya
para remaja pada umumnya, aku menyukai seorang wanita,rasa itu mungkin memang
datang dengan sendirinya. Ya dia bernama Lia, dia teman sekelasku. Rasa itu semakin bertambah dari hari ke hari.
Saat itu ada pelajaran bahasa indonesia ternyata ditugaskan
untuk menampilkan sebuah drama. Dan guru pun membagi kelompok. Dikelompok itu
aku bersama teman dekatku Yuda, Ridwan, Fahmi, Sari dan Lia.
“waaaaa kita sekelompok Bi” ujar fahmi
“iya nih bosen lah gua apa-apa ama elu, kaya gak ada orang
lain aja”
“alahhh udah deh terima aja, itu tandanya kita jodoh kali
hahahaha” (fahmi)
“enak aja gua masih normal bro”
Tiba-tiba..
“hey bi, kapan kita kerja kelompok buat latihan dramanya ?”
ujar Lia
“eh, Mm..gimana kalo hari minggu aja ?”
“oke deh, hari minggu ya (sambil tersenyum)”.
Hari minggu pun tiba, kita latihan dengan penuh semangat.
Aku dan Lia pun semakin dekat. Karena kedekatan kita entah kenapa teman-teman
menyalah artikan semua itu. Akhirnya kita berdua sering dibicarakan
orang-orang.
“heh Obi jujur lo, lo suka ya sama Lia ? akhir-akhir ini
kayanya lo deket banget sama dia. Hayo lo ngaku” ujar Yuda
“gak tau yud, gua kurang yakin dengan perasaan gua”.
“alahhhhh, pake gak yakin segala lagi, kalo lo suka buru
ungkapin jangan lo pendem gitu”
“gua gak berani, ini pertama kalinya buat gua”
“oke, lebih baik lo yakinin aja hati lo dulu”
Tiba-tiba Sari datang..
“heh Obi iya tuh bener kata Yuda, kalo kamu suka sama Lia ya
ungkapin dong. Terus ya aku rasa dia juga suka tuh sama kamu”
“ah masa ?”
“yee dibilangin gak percaya”
Setelah teman-temanku berbicara seperti itu aku semakin
yakin dan serasa mendapat dukungan untuk mengungkapkan perasaanku ini, tapi aku
tak tahu kapan aku berani untuk mengatakannya, semua itu tertunda selama
beberapa bulan lamanya. Ternyata dalam jeda waktu itu, ada seseorang yang
menyukaiku. Dia masih teman sekelasku. Suatu hari dia secara tidak langsung
memberi sebuah tanda sebagai ungkapan hatinya terhadapku. Ya aku mengerti apa
yang dia maksud, tapi aku tak bisa, hatiku telah terkunci hanya untuk Lia. Akhirnya
mungkin dia bisa menerima kenyataan pahit itu.
Kejadian itu semakin membuatku untuk berpikir lagi agar aku
harus cepat-cepat mengungkapkan rasaku ini kepada Lia. Sari pun mengabari aku
lewat sms. Dia bilang aku harus buru-buru mengungkapkan perasaanku kepada Lia.
Akhirnya aku mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan isi
hatiku selama ini. Aku tak berani untuk bilang langsung, aku tak berani juga
jika harus menelpon dia, lalu aku memutuskan untuk mengsms saja. Malam itu
tepat malam minggu, aku mulai menggerakan jari-jariku untuk merangkai kata-kata
yang akan kukirimkan pada Lia.
“Assalamualaikum”
“wa’alaikumsalam”
“hai Lia, apa aku ganggu?”
“ohh..ngga ko Bi aku sedang santai aja, ada apa bi ?”
“aku mau jujur sesuatu sama kamu”
Lia agak lama untuk membalas smsku yang ini, mungkin dia sudah
tau apa yang akan aku katakan. Beberapa menit kemudian dia membalas.
“jujur tentang apa bi?”
“sebenernyaaa..aku punya rasa sama kamu, entah rasa apa itu
yang jelas semuanya itu terasa menyakitkan jika aku harus berlama-lama memendamnya.
Cinta itu fitrah, tak ada seseorang pun yang bisa menolaknya”
Lagi-lagi Lia tak segera membalas smsku itu, hatiku
benar-benar gak karuan untuk mendapat jawaban dari Lia. Tapi ya setidaknya aku
bisa bernapas lega karena aku sudah berusaha mengungkapkan perasaanku ini
kepadanya.
Beberapa lama kemudian Lia membalas smsku, segera aku
membukanya. Sangat terkejut saat aku membacanya ternyata dia juga punya rasa
yang sama terhadapku.
“sebenernya aku juga punya rasa yang sama, sama kamu bi”
“oh ya ? senang aku mendengarnya ternyata cintaku gak
bertepuk sebelah tangan ya hehe”
“haha iya”
“terus gimana ?”
“gimana apanya?”
“kamu mau jadi pacar aku ?”
“Mmm, iya. Oh ya tapi kita rahasiakan ini dari teman-teman
ya”
Akupun menyetujuinya, ya lagi pula aku juga berpikir
sebaiknya gak perlu orang-orang tau soal aku dan Lia ini. Keesokan harinya
ternyata teman-temanku minta pajak jadian gitu. Aku merasa heran kenapa mereka bisa
tau ? dan ternyata Lia menceritakan itu kepada Sari. Sedikit bingung juga sih
aku padahal dia sendiri yang bilang sama aku untuk merahasiakan semuanya ini.
Tapi yasudahlah mungkin cewe emang kayak gitu gak bisa mendem rasanya
sendirian.
Waktu terus berjalan dari tahun ketahun sampai akhirnya kita
masuk Sekolah Menengah Atas. Kita masuk sekolah yang sama. Ya aku merasa senang
aku masih terus bisa bersama Lia sampai sejauh ini. Tapi entah kenapa semakin
lama aku merasa hubungan kita semakin biasa saja tak seperti awal kita menjalin
hubungan. Berkomunikasi pun jarang sekali. Ya kita saling memaklumi kalau kita
punya kesibukan sendiri. Aku mencoba mengerti dia.
Suatu hari aku merindukannya, aku pun berusaha
menghubunginya untuk sekedar menyakan kabar. Tapi entah kenapa dia lama sekali
membalasnya, atau bahkan sampai tidak sama sekali membalas smsku. “sesibuk itu
kah dia ?” bahkan meluangkan 5 menit saja untuk membalas smsku tidak bisa?.
Semua itu sering terjadi padaku, yaa aku terus saja memahaminya karena aku tak
mau ada keributan diantara kita. Lagi pula kita memang tidak biasa ribut-ribut
seperti pasangan yang lainnya.
Tapi lama-lama aku merasa, “bakal seperti apa hubungan ini
jika seperti ini terus?”. Lalu akupun menghubunginya dan menanyakannya. “Apakah
mungkin dia ada masalah?” Dan ternyata memang benar firasatku. Dia merasa
hubungan ini harus segera dihentikan dia takut jika semakin lama ini berlanjut
akan semakin banyak pula dosa-dosa yang akan ditanggungnya. Aku mengerti itu
dan aku menyetujui keputusannya kalau kita memang harus mengakhiri hubungan
kita. Dan dia bilang “jika jodoh pasti kita akan disatukan kembali dan jika
kamu sayang sama aku lebih baik nanti saja agar aku mendatangi langsung
orangtuanya.
Yaaa akhirnya aku menerima kenyataan pahit ini, yang selalu
membuat aku bertanya-tanya “Apa yang terjadi ?” “Apa yang dia mau?” “Dan kenapa
dia mengacuhkanku selama ini?”. Saat mengacuhkanku lah yang membuat hatiku
terasa sakit. Tapi tak apa lagi pula kita hanya berganti status saja dari
“berpacaran” jadi “berteman” tidak ada yang berubah.
Dan ternyata perpisahan ini terjadi pada malam minggu juga
sama seperti saat pertama kali aku mengungkapkan rasaku kepadanya. Semuanya
tidak menjadi masalah buatku. Lagi pula sendiri lebih menyenangkan. Karena bahagia
ituu sebuah pilihan..
Created by : Destri Islamiyati Putri (2014)
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong berikan komentarnya kritik ataupun saran...