Kamis, April 17, 2014

Bahagia Itu Pilihan (Love Story)




Untuk cerita kali ini masih love story yah, gak tau kenapa bikinnya itu love story aja. Cerita ini juga dibuat oleh pengarang yang sama dari cerita sebelumnya, Destri Islamiyati Putri... wkwkwk ^^
Langsung saja ini diaaa....

Bahagia Itu Pilihan

Cinta itu terkadang rumit, saat kita masih bersamanya kadang kita abaikan tapi saat kita sudah tak bersamanya lagi malah kita rindukan. Cinta itu memang manis saat baru dimulai tapi akan lebih manis lagi jika itu tak pernah berakhir. Tapi sayang semua kata-kata itu sepertinya tak bisa kupertahankan. 

Aku Obi, aku adalah seorang siswa. Ya aku masih remaja, aku bersekolah. tepatnya aku masih sekolah menengah pertama. Setiap hari aku menjalani kegiatan-kegiatan sekolah layaknya seorang pelajar yang selalu disibukan dengan tugas-tugas dari guru harus mengerjakan tugas ini lah tugas itulah, PR ini lah PR itu lah, kerja kelompok ini lah kerja kelompok itu lah ditambah lagi harus ekskul yang membuat aku pulang sore. Dan terkadang aku bosan dengan kegiatan yang menurutku tiada akhir.

Ternyata aku tak terlepas dari cerita cinta seperti hal nya para remaja pada umumnya, aku menyukai seorang wanita,rasa itu mungkin memang datang dengan sendirinya. Ya dia bernama Lia, dia teman sekelasku.  Rasa itu semakin bertambah dari hari ke hari.
Saat itu ada pelajaran bahasa indonesia ternyata ditugaskan untuk menampilkan sebuah drama. Dan guru pun membagi kelompok. Dikelompok itu aku bersama teman dekatku Yuda, Ridwan, Fahmi, Sari dan Lia.

“waaaaa kita sekelompok Bi” ujar fahmi
“iya nih bosen lah gua apa-apa ama elu, kaya gak ada orang lain aja”
“alahhh udah deh terima aja, itu tandanya kita jodoh kali hahahaha” (fahmi)
“enak aja gua masih normal bro”

Tiba-tiba..
“hey bi, kapan kita kerja kelompok buat latihan dramanya ?” ujar Lia
“eh, Mm..gimana kalo hari minggu aja ?”
“oke deh, hari minggu ya (sambil tersenyum)”.

Hari minggu pun tiba, kita latihan dengan penuh semangat. Aku dan Lia pun semakin dekat. Karena kedekatan kita entah kenapa teman-teman menyalah artikan semua itu. Akhirnya kita berdua sering dibicarakan orang-orang.
“heh Obi jujur lo, lo suka ya sama Lia ? akhir-akhir ini kayanya lo deket banget sama dia. Hayo lo ngaku” ujar Yuda
“gak tau yud, gua kurang yakin dengan perasaan gua”.
“alahhhhh, pake gak yakin segala lagi, kalo lo suka buru ungkapin jangan lo pendem gitu”
“gua gak berani, ini pertama kalinya buat gua”
“oke, lebih baik lo yakinin aja hati lo dulu”

Tiba-tiba Sari datang..
“heh Obi iya tuh bener kata Yuda, kalo kamu suka sama Lia ya ungkapin dong. Terus ya aku rasa dia juga suka tuh sama kamu”
“ah masa ?”
“yee dibilangin gak percaya”

Setelah teman-temanku berbicara seperti itu aku semakin yakin dan serasa mendapat dukungan untuk mengungkapkan perasaanku ini, tapi aku tak tahu kapan aku berani untuk mengatakannya, semua itu tertunda selama beberapa bulan lamanya. Ternyata dalam jeda waktu itu, ada seseorang yang menyukaiku. Dia masih teman sekelasku. Suatu hari dia secara tidak langsung memberi sebuah tanda sebagai ungkapan hatinya terhadapku. Ya aku mengerti apa yang dia maksud, tapi aku tak bisa, hatiku telah terkunci hanya untuk Lia. Akhirnya mungkin dia bisa menerima kenyataan pahit itu.
Kejadian itu semakin membuatku untuk berpikir lagi agar aku harus cepat-cepat mengungkapkan rasaku ini kepada Lia. Sari pun mengabari aku lewat sms. Dia bilang aku harus buru-buru mengungkapkan perasaanku kepada Lia.

Akhirnya aku mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatiku selama ini. Aku tak berani untuk bilang langsung, aku tak berani juga jika harus menelpon dia, lalu aku memutuskan untuk mengsms saja. Malam itu tepat malam minggu, aku mulai menggerakan jari-jariku untuk merangkai kata-kata yang akan kukirimkan pada Lia.

“Assalamualaikum”
“wa’alaikumsalam”
“hai Lia, apa aku ganggu?”
“ohh..ngga ko Bi aku sedang santai aja, ada apa bi ?”
“aku mau jujur sesuatu sama kamu”

Lia agak lama untuk membalas smsku yang ini, mungkin dia sudah tau apa yang akan aku katakan. Beberapa menit kemudian dia membalas.
“jujur tentang apa bi?”
“sebenernyaaa..aku punya rasa sama kamu, entah rasa apa itu yang jelas semuanya itu terasa menyakitkan jika aku harus berlama-lama memendamnya. Cinta itu fitrah, tak ada seseorang pun yang bisa menolaknya”

Lagi-lagi Lia tak segera membalas smsku itu, hatiku benar-benar gak karuan untuk mendapat jawaban dari Lia. Tapi ya setidaknya aku bisa bernapas lega karena aku sudah berusaha mengungkapkan perasaanku ini kepadanya.
Beberapa lama kemudian Lia membalas smsku, segera aku membukanya. Sangat terkejut saat aku membacanya ternyata dia juga punya rasa yang sama terhadapku.

“sebenernya aku juga punya rasa yang sama, sama kamu bi”
“oh ya ? senang aku mendengarnya ternyata cintaku gak bertepuk sebelah tangan ya hehe”
“haha iya”
“terus gimana ?”
“gimana apanya?”
“kamu mau jadi pacar aku ?”
“Mmm, iya. Oh ya tapi kita rahasiakan ini dari teman-teman ya”

Akupun menyetujuinya, ya lagi pula aku juga berpikir sebaiknya gak perlu orang-orang tau soal aku dan Lia ini. Keesokan harinya ternyata teman-temanku minta pajak jadian gitu. Aku merasa heran kenapa mereka bisa tau ? dan ternyata Lia menceritakan itu kepada Sari. Sedikit bingung juga sih aku padahal dia sendiri yang bilang sama aku untuk merahasiakan semuanya ini. Tapi yasudahlah mungkin cewe emang kayak gitu gak bisa mendem rasanya sendirian.

Waktu terus berjalan dari tahun ketahun sampai akhirnya kita masuk Sekolah Menengah Atas. Kita masuk sekolah yang sama. Ya aku merasa senang aku masih terus bisa bersama Lia sampai sejauh ini. Tapi entah kenapa semakin lama aku merasa hubungan kita semakin biasa saja tak seperti awal kita menjalin hubungan. Berkomunikasi pun jarang sekali. Ya kita saling memaklumi kalau kita punya kesibukan sendiri. Aku mencoba mengerti dia.

Suatu hari aku merindukannya, aku pun berusaha menghubunginya untuk sekedar menyakan kabar. Tapi entah kenapa dia lama sekali membalasnya, atau bahkan sampai tidak sama sekali membalas smsku. “sesibuk itu kah dia ?” bahkan meluangkan 5 menit saja untuk membalas smsku tidak bisa?. Semua itu sering terjadi padaku, yaa aku terus saja memahaminya karena aku tak mau ada keributan diantara kita. Lagi pula kita memang tidak biasa ribut-ribut seperti pasangan yang lainnya.

Tapi lama-lama aku merasa, “bakal seperti apa hubungan ini jika seperti ini terus?”. Lalu akupun menghubunginya dan menanyakannya. “Apakah mungkin dia ada masalah?” Dan ternyata memang benar firasatku. Dia merasa hubungan ini harus segera dihentikan dia takut jika semakin lama ini berlanjut akan semakin banyak pula dosa-dosa yang akan ditanggungnya. Aku mengerti itu dan aku menyetujui keputusannya kalau kita memang harus mengakhiri hubungan kita. Dan dia bilang “jika jodoh pasti kita akan disatukan kembali dan jika kamu sayang sama aku lebih baik nanti saja agar aku mendatangi langsung orangtuanya.

Yaaa akhirnya aku menerima kenyataan pahit ini, yang selalu membuat aku bertanya-tanya “Apa yang terjadi ?” “Apa yang dia mau?” “Dan kenapa dia mengacuhkanku selama ini?”. Saat mengacuhkanku lah yang membuat hatiku terasa sakit. Tapi tak apa lagi pula kita hanya berganti status saja dari “berpacaran” jadi “berteman” tidak ada yang berubah.

Dan ternyata perpisahan ini terjadi pada malam minggu juga sama seperti saat pertama kali aku mengungkapkan rasaku kepadanya. Semuanya tidak menjadi masalah buatku. Lagi pula sendiri lebih menyenangkan. Karena bahagia ituu sebuah pilihan..


Created by : Destri Islamiyati Putri (2014)

0 komentar:

Posting Komentar

Tolong berikan komentarnya kritik ataupun saran...