Setelah makan malam usai,
Ridwan dan Arofah kembali belajar bersama, tak terasa mereka sudah belajar dua
jam lamanya...
“eh udah jam 9 nih, aku
harus pulang, lagian kamu juga udah ngerti kan?”
“iya wan aku udah ngerti
banget sekarang, makasih yah”
“iya sama-sama”
“ya udah aku pulang dulu
ya, udah malem nih”
“ya udah deh”
“Tante! Ridwan pamit
pulang yah tante!”
“iya nak Ridwan,
hati-hati ya nak, sering-sering main kesini”
“iya insya Allah”
“ya sudah semuanya,
Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Hari demi hari, waktu demi
waktu pun telah mereka lalui, Ridwan dan Arofah, sekarang sudah menjadi teman
baik, mereka selalu bersama, bermain bersama, belajar bersama, dan lain
sebagainya... dan suatu saat di sebuah restoran...
“eh Ridwan tau gak?”
“hah? Tau apa?”
“mmm jujur ya, aku itu
baru kenal loh, sama cowok sebaik kamu”
“ahhh masa sih, kamu bisa
aja deh”
“iya ih bener, soalnya
cowok yang pernah aku kenal itu pada gak baik semua, mereka munafik, dan maaf
yah wan, dulu aku itu suka ngehina kamu, ngerendahin kamu gitu, aku sekarang
seperti menyesal”
“ya sudahlah gak usah
dipikirkan, aku aja udah ngelupain kejadian-kejadian itu, dan masalah orang
baik, kalau menurut aku sih jadi orang baik itu enak gitu, tenang, tentram,
damai, yaa begitu lah”
“caranya jadi orang baik
itu gimana sih?”
“caranya? Yaa itu
tergantung dari hati masing-masing orang sih, salah satunya mungkin yaa belajar
sopan santun, senyum sapa salam gitu, menghormati yang lebih tua apalagi orang
tua sendiri, saling menolong, ikhlas juga, dan yang penting kita selalu berdoa
kepada Tuhan bila kita mendapat kesulitan, dan masih banyak lagi deh
sebetulnya”
“ohh, eh kamu mau gak
ngajarin aku tentang sopan santun gitu? Biar aku bisa jadi anak yang baik dan
sholeha gitu”
“amiin, ya boleh boleh”
“hehe makasih ya wan” (sambil
tersenyum)
“iya sama-sama Arofah”
(sambil tersenyum juga)
“Ternyata Arofah itu
cantik yah, cantik sekali, apalagi kalau ia tersenyum, hmmm seperti aku melihat
malaikat, Arofaaaah, aku itu sudah lama sekali menaruh perasaan padamu, hanya
saja aku masih belum bisa untuk mengungkapkan isi hatiku padamu, tapi
bagaimanapun itu aku harus berani, gak peduli aku akan ia tolak atau ia terima,
yang penting aku mengatakannya, tunggu saja Arofah” (Ridwan berbicara dalam
hati)
“Ohh Ridwan, dirimu
bagaikan cahaya dihatiku, kau selalu menerangi hariku, dimana saja aku berada
pasti kau selalu ada disampingku, dan itulah yang membuatku nyaman, dan
sekarang aku merasa aku sudah jatuh hati kepadamu, aku harap kau jadi
pasanganku, aku tak peduli kau kaya atau miskin, yang penting aku selalu sayang
padamu, aku akan selalu setia menunggumu Ridwan” (Arofah berbicara dalam hati)
“dan sepertinya ini
waktu yang tepat untuk aku mengungkapkan isi hatiku pada Arofah” (Ridwan
berbicara dalam hati)
“kamu kenapa Ridwan, kok ngeliatinnya
gitu amat?!”
“ohh enggak enggak apa
apa kok hehe”
“Eh Arofah, tau gak?
Mungkin ini agak konyol yah atau gimana gitu yah, tapi kamu tau gak? Awalnya
aku itu gak yakin bisa temenan sama kamu itu, tapi semakin lama kita kenal,
semakin lama kita deket, ternyata kamu itu cewek yang menarik yah, dan kalau
ngobrol sama kamu itu serasa waktu berlalu begitu cepat, sekarang aku juga
merasa ganjil kalau gak deket sama kamu itu atau gak ngobrol atau apa gitu, dan
dan aku aku juga merasa nyaman kalau dekat kamu itu” (Ridwan berbicara dengan
spontan, saking tegangnya Ridwan gak tau harus ngomong apa lagi)
“mmm hmmm, iya terus?”
“Aaa, Aku sayang sama
kamu Arofah, dan dan mmm kamu mau gak jadi pasanganku??!”
“hah? Serius kamu wan?
Tapi kok cepet amat”
“em em emmm iya, mmm aku
juga gak tau, ini perintah isi hatiku, mungkin ini waktu yang tepat”
“kamu sayang sama aku,
emangnya apa yang membuat kamu sayang sama aku sih?”
“sayang itu datang dari
hati, jadi sayang itu tak butuh alasan,,,, yaa aku tau aku memang derajatnya
beda jauh sama kamu, dan aku juga gak yakin kamu bisa nerima aku, tapi yaa yang
penting aku sudah mengatakan yang sebenarnya, jadi sekarang aku sudah tidak
punya beban lagi di hatiku, karena bebanku ya sudah aku katakan padamu”
“ya kamu jangan pesimis
gitu dong,,, tapii mmm”
“kenapa?”
“tapi, maaf yah wan,
kayanya aku gak bisa deh”
“gak bisa kenapa?”
“ya gak bisa aja”
“ternyata firasatku
memang benar kau takkan ...”
“maksudku aku gak bisa
nolak kamu Ridwan”
“Arofah”
“Ridwan”
Akhirnya merekapun
berpasangan, dan bisa saling mengerti satu sama lain, dan lama kemudian
merekapun pulang, dan Ridwan mengantar Arofah ke rumahnya...
“eh sayang aku duluan
yah, makasih juga buat tumpangannya”
“iya sama-sama, salam
juga ke mamah sama papah kamu yah, aku pulang yah, Assalamualaikum”
“iya waalaikumsalam”
Beberapa minggu telah
berlalu...
Suatu pagi di ruang makan
Rumah Arofah...
“Papah sekarang mau
lembur lagi pah?”
“iya Arofah”
“kok cepet amat sih pah?”
“iya soalnya perusahaan
papah itu sekarang lagi sekarat nak”
“pah tau gak nanti besok
kan ulang tahun aku pah”
“iya papah tau, kamu mau
papah kasih hadiah apa? Mobil? Handphone? Gadget? Atau apa?”
“aku gak mau hadiah kok
pah”
“hah? Tumben kamu gak
minta hadiah, biasanya tiap ulang tahun pasti kamu minta hadiah, terus kamu
maunya apa sayang?”
“aku Cuma mau Papah
dateng di pesta ulang tahun aku pah”
“ya kalau itu sih gak
bisa fah, kan tadi papah bilang lembur, dan perusahaan lagi krisis ekonomi,
jadi ya harus banyak perhatian”
“kenapa sih papah itu
selalu perhatiannya sama perusahaan melulu, gak pernah perhatian sama Arofan
atau mamah”
“kok kamu bicara seperti
itu Arofah, ini papah kan ngelakuin ini semua buat nafkahin kamu sama mamah
kamu, biar kamu itu bahagia gak susah”
Arofah langsung berhenti
makan dan berdiri...
“Aku gak bahagia pah
kalau Cuma karena harta doang, aku itu Cuma mau perhatian dari papah, aku mau
kita itu kaya dulu lagi pah, uhh ya sudahlah aku mau sekolah dulu,
Assalamualaikum”
Arofah lalu pergi
meninggalkan orang tuanya dengan wajah yang agak kesal...
“Arofah arofah tunggu
arofah! Ahhhh”
“sudah pah sudah, Arofah
kan memang seperti itu orangnya”
“heeeuhhh, pasti mamah
yah mah yang ngajarin Arofah jadi kaya gitu, ngelawan sama orang tua”
“Astaghfirullah enggak
pah”
“halllaahh itu sih
buktinya, emang mau salahin siapa lagi, orang yang ngurus Arofah Cuma Mamah
doang kok gak ada siapa-siapa lagi,,,, jaaahhh dasar tidak berguna”
Pak Broto (Ayah Arofah)
pun lalu pergi tanpa pamit kepada istrinya...
Di sekolah, Arofah masih
merasa kesal kepada Ayahnya dia hanya duduk sendirian di taman, dan Ridwan pun
datang, duduk menghampiri Arofah disampingnya, dan sambil menyanyikan lagu
dengan gitar yang ia pegang dan mulai bernyanyi...
“aku ingin menjadi
mimpi indah dalam tidurmu
aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
karena langkah merapuh tanpa dirimu
bayangmu seakan-akan...
aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
karena langkah merapuh tanpa dirimu
bayangmu seakan-akan...
Kau seperti nyanyian
dalam hatiku yang memanggil rinduku padamu ouou
seperti udara yang ku hela kau selalu ada”
seperti udara yang ku hela kau selalu ada”
“suara kamu bagus banget
sih, main gitarnya juga bagus juga kok aku suka, apalagi itu tadi kan lagu
kesukaan aku”
“hahaha iya makasih, kamu
kenapa sih kok dari tadi bengong melulu kaya lagi ada masalah, cerita dong”
“mmm gapapa, biasalah
masalah di rumah”
“ohh”
“eh nanti malem kamu ke
rumah aku yah, biasa ajarin aku hehehe”
“oke deh siappp”
Di rumah arofah...
“eh sayang udah dateng,
ayo masuk dulu”
“maaf ya sayang nunggunya
lama”
“haha iya gapapa kok
tenang aja, aku ambil minum dulu ya?”
“iya”
Brugggg, tiba-tiba suara
pintu terbuka dengan keras dan ternyata itu adalah Pak Broto...
“Ya Allah papah, kok
papah sudah pulang? Katanya papah mau lembur?”
“Papah gak jadi lembur
lah”
“ohh gitu, oh iya pah
kenalin ini Ridwan temennya Arofah!”
Betapa kagetnya Ridwan
melihat Ayahnya Arofah yang ternyata itu adalah pak Broto, bos Ayahnya di perusahaan...
“kamu?! Ngapain kamu ada
disini hah?!”
“eh papah dateng kok
marah-marah gitu sih pah”
“Arofah! Ini temen kamu?”
“bukan pah, Ridwan pacar
aku”
“hah?! Pacar?!”
“Arofah kamu itu buta?
Liat dong dia ini siapa, dia ini Cuma anak OB Arofah, dia punya modal apa hah?”
“aku gak liat dari kaya
atau miskinnya pah”
“papah gak peduli,
pokoknya papah muak liat muka dia,,,, sekarang mendingan kamu pergi dari sini,
pergi, kamu itu gak pantas buat berdiri di rumah ini!!”
“Papah jangan papaah,”
Pak Broto terus menarik
keluar Ridwan, tetapi Arofah menahannya, dan akhirnya Arofahpun kena tamparan
oleh ayahnya
“Plaakkkk, dasar kamu
keterlaluan”
“Ya Allah papah,
istighfar pah istighfar”
“Lepaskan saya pak! Saya
bisa pergi sendiri, tapi bapak jangan nampar Arofah seenaknya dong, Arofah ini
perempuan”
“Arofah itu anak saya,
jadi saya bebas ngelakuin aja sama dia paham kamu!!”
“Bapak memang gak punya
hati!”
Disebut-sebut tidak punya
hati oleh Ridwan, Pak Broto pun kembali memanas dan langsung memukul Ridwan...
“dukkkk, Ya Allah papah,
sudah papah, Astaghfirullah”
“Ahhhhh, aku sudah muak
hidup disini!!!”
Lalu Pak Broto pun masuk
ke dalam mobil dan berniat untuk keluar rumah, Ridwan dan Arofah langsung
mengejar Pak Broto...
“Papah mau pergi ke mana
papah?”
“Pahh jangan pergi pahh,
sayang ayo kita kejar pake motor kamu”
“Ayo”
Mobil pak Broto melaju
dengan sangat kencang, motor Ridwan tidak mampu mengejarnya, lalu Ridwan
mengendarai dengan kecepata penuh pula, dan tiba-tiba motor yang dinaiki oleh
Ridwan dan Arofah oleng karena hilang keseimbangan dan remnya pun blong...
“sayang motor kamu kenapa
sayang?”
“aku juga gak tau sayang,
kayanya ini ada masalah deh”
“rem dong rem”
“ini udah tapi remnya kok
blong yah”
“hah? Ya Allah”
“Arofah, aku ingin
mengatakan sesuatu padamu”
“Apa itu?”
“aku mencintai kamuuuu!!”
Lama kemudian, motor yang
ditumpangi Ridwan dan Arofah menabrak sebuah bangunan, Ridwan terpental jauh
dan kepalanya terbentur dengan keras sehingga mengalami pendarahan yang amat
banyak, Ridwan pun langsung tak sadarkan diri, begitu pula dengan Arofah ia
terpental tetapi ia masih sadarkan diri dan matanya terkena serpihan kaca,
sehingga ia tak dapat melihat...
Pak Broto sangat kaget
melihat mereka mengalami kecelakaan, ia langsung memutar balik mobilnya,
menghampiri mereka berdua dan menghubungi ambulance...
“Ridwan, Ridwan kamu
dimana Ridwan, kok ini gelap banget sih?”
“Arofah, Arofah, ini
papah Arofah, sekarang kamu tenang dulu yah”
“Pah, Ridwan mana pah!?”
“Ridwan itu baru saja
dibawa ke rumah sakit, sekarang kamu juga ke rumah sakit yah!”
“Pahhh Ridwan paahhh”
Arofah lalu pingsan di
pangkuan pak Broto, dan langsung di bawa ke rumah sakit...
Sesampainya di rumah
sakit, Pak Broto menghubungi Ibu Arofah, dan Udin (Ayahnya Ridwan)...
“Pak Broto, mana anak
saya pak? ada apa dengan anak saya pak?”
“Tadi anak kamu
kecelakaan Udin ketika mengejar saya, dia berboncengan sama Arofah”
“Astaghfirullahal’adziim”
“Udin sekarang kamu
tenang dulu yah Udin, anak kamu sedang diperiksa oleh dokter”
Lama kemudian, dokter
keluar...
“Pak bagaimana keadaan
anak kami dok?”
“Bapak ibu tenang dulu
yah, untuk Arofah ia tidak apa-apa hanya saja maaf ya bapak ibu, Arofah
mengalami kebutaan total, dan untuk Ridwan, kondisinya sangatlah kritis pak, ia
mengalami pendarahan hebat di kepala, dan hanya doa Bapak Ibu sekalian dan
Tuhan yang dapat menentukan...
“Ya Allaaaaah”
Disana Pak Broto, Ibu
Broto, dan Udin, menangis...
“dok? Ada cara lain tidak
dok, agar anak saya bisa melihat dok?”
“ada salah satu cara,
yaitu operasi transplantasi mata”
“ya udah dok dok lakukan
itu dok, sekarang dok langsung, berapapun biayanya pasti akan saya bayar dok,
asalkan anak saya bisa melihat lagi dok tolonglah dok!”
“baiklah pak, kalau
begitu kami akan melakukan operasi secepatnya, dan kebetulan ada juga seseorang
yang matanya cocok, dan ia rela untuk di operasi”
“Alhamdulillahh”
Keesokan harinya,
operasipun dimulai, dan beberapa jam kemudian operasi telah selesai, setelah
Arofah sadar barulah kain penutup mata itu dibuka oleh dokter, dan Mata
Arofahpun bisa melihat kembali dengan normal...
“Arofah, kamu bisa
melihat?”
“mmm iya bisa dok”
“coba ini berapa?”
“itu tiga dok”
“bagus, nahhh sekarang
kamu lihat, siapa ini?”
“haaaah, papah mamah!”
“Alhamdulillah Arofah
kamu selamat, kamu bisa melihat dengan normal lagi ya”
“Iya mah, tapi Ridwan
mana mah, aku mau liat Ridwan mah”
Disana Pak Broto dan Ibu
hanya terdiam dan menunduk... Kata-kata itu adalah kata-kata yang tidak mau di
dengar oleh Pak Broto dan Ibu Broto...
“Mmmm, Ridwan udah pulang
Arofah!”
“pulang, aku juga mau
pulang mah, aku juga mau sekalian liat Ridwan mah”
“kamu mau liat Ridwan?”
“iya mah”
Lama kemudian Pak Broto
dan Ibu mengajak pulang Arofah untuk dapat menemui Ridwan. Dan ternyata Pak
broto tak pergi ke Rumah Ridwan, atau rumah Arofah. Arofahpun bingung...
“pah kita mau kemana sih,
katanya mau ke Ridwan”
“iya nak kita kamu
kesana” (Pak Broto berbicara sambil mengeluarkan air mata)
Dan ternyata tempat yang
mereka tuju adalah
.
.
.
.
.
Kuburan...
Betapa kagetnya betapa
sedihnya betapa hancurnya Arofah melihat Ridwan yang ternyata sudah terbaring
di dalam Kubur, Arofah tidak percaya bahwa cinta sejatinya sudah pergi untuk
selama-lamanya...
Arofah sangat sedih dan
menangis berteriak nama Ridwan, sambil memeluk batu nisannya...
“Ridwaaaan, Ridwaaannn,
kenapa kamu tinggalin aku Ridwan?!!”
“Nak Arofah, sebelumnya
Ridwan sempat menuliskan surat untuk nak Arofah, ini suratnya”
“ini surat apa pak Udin”
“katanya itu hadiah”
Lalu Arofah membuka surat
itu dan langsung membacanya, isi surat itu adalah...
Arofah, Selamat Ulang
Tahun yah, semoga kamu panjang umur dan sehat selalu, disini aku akan selalu
mendoakanmu agar kau diberi kebikmatan, kemudahan, dan kesabaran oleh Tuhan...
Maaf ya Arofah
sebelumnya, aku tidak bisa memberimu apa-apa, aku tak bisa memberimu
kebahagiaan, yang bisa aku berikan padamu kini adalah mataku, aku sadar hidupku
tak akan lama lagi, maka di sisa hidupku ini aku ingin membuatku berguna untuk
orang lain, termasuk memberikan mataku kepadamu, ini mungkin hadiah pertama dan
terakhir dari ku untukmu, dengan seperti ini aku harap aku akan bisa selalu
berada di dekatmu, semoga dengan mata ini kau bisa melihat cahaya, melihat
cerahnya masa depanmu, dan juga dapat melihat cinta sejatimu...
Demikian surat singkatku untukmu sayangku...
Your Love
Ridwan
Demikian surat singkatku untukmu sayangku...
Your Love
Ridwan
Arofah sangat sedih, dan
membaca suratnya pun sambil meneteskan air mata...
“Meskipin kini bapak
tidak bisa melihat Ridwan lagi, tapi bapak masih bisa melihat matanya Ridwan di
nak Arofah”
“Bapak!!...”
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong berikan komentarnya kritik ataupun saran...