Senin, Desember 23, 2013

Sepasang Bola Mata (Part 2)



Setelah makan malam usai, Ridwan dan Arofah kembali belajar bersama, tak terasa mereka sudah belajar dua jam lamanya...
“eh udah jam 9 nih, aku harus pulang, lagian kamu juga udah ngerti kan?”
“iya wan aku udah ngerti banget sekarang, makasih yah”
“iya sama-sama”
“ya udah aku pulang dulu ya, udah malem nih”
“ya udah deh”
“Tante! Ridwan pamit pulang yah tante!”
“iya nak Ridwan, hati-hati ya nak, sering-sering main kesini”
“iya insya Allah”
“ya sudah semuanya, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”

Hari demi hari, waktu demi waktu pun telah mereka lalui, Ridwan dan Arofah, sekarang sudah menjadi teman baik, mereka selalu bersama, bermain bersama, belajar bersama, dan lain sebagainya... dan suatu saat di sebuah restoran...
“eh Ridwan tau gak?”
“hah? Tau apa?”
“mmm jujur ya, aku itu baru kenal loh, sama cowok sebaik kamu”
“ahhh masa sih, kamu bisa aja deh”
“iya ih bener, soalnya cowok yang pernah aku kenal itu pada gak baik semua, mereka munafik, dan maaf yah wan, dulu aku itu suka ngehina kamu, ngerendahin kamu gitu, aku sekarang seperti menyesal”
“ya sudahlah gak usah dipikirkan, aku aja udah ngelupain kejadian-kejadian itu, dan masalah orang baik, kalau menurut aku sih jadi orang baik itu enak gitu, tenang, tentram, damai, yaa begitu lah”
“caranya jadi orang baik itu gimana sih?”
“caranya? Yaa itu tergantung dari hati masing-masing orang sih, salah satunya mungkin yaa belajar sopan santun, senyum sapa salam gitu, menghormati yang lebih tua apalagi orang tua sendiri, saling menolong, ikhlas juga, dan yang penting kita selalu berdoa kepada Tuhan bila kita mendapat kesulitan, dan masih banyak lagi deh sebetulnya”
“ohh, eh kamu mau gak ngajarin aku tentang sopan santun gitu? Biar aku bisa jadi anak yang baik dan sholeha gitu”
“amiin, ya boleh boleh”
“hehe makasih ya wan” (sambil tersenyum)
“iya sama-sama Arofah” (sambil tersenyum juga)
“Ternyata Arofah itu cantik yah, cantik sekali, apalagi kalau ia tersenyum, hmmm seperti aku melihat malaikat, Arofaaaah, aku itu sudah lama sekali menaruh perasaan padamu, hanya saja aku masih belum bisa untuk mengungkapkan isi hatiku padamu, tapi bagaimanapun itu aku harus berani, gak peduli aku akan ia tolak atau ia terima, yang penting aku mengatakannya, tunggu saja Arofah” (Ridwan berbicara dalam hati)
“Ohh Ridwan, dirimu bagaikan cahaya dihatiku, kau selalu menerangi hariku, dimana saja aku berada pasti kau selalu ada disampingku, dan itulah yang membuatku nyaman, dan sekarang aku merasa aku sudah jatuh hati kepadamu, aku harap kau jadi pasanganku, aku tak peduli kau kaya atau miskin, yang penting aku selalu sayang padamu, aku akan selalu setia menunggumu Ridwan” (Arofah berbicara dalam hati)
“dan sepertinya ini waktu yang tepat untuk aku mengungkapkan isi hatiku pada Arofah” (Ridwan berbicara dalam hati)
“kamu kenapa Ridwan, kok ngeliatinnya gitu amat?!”
“ohh enggak enggak apa apa kok hehe”
“Eh Arofah, tau gak? Mungkin ini agak konyol yah atau gimana gitu yah, tapi kamu tau gak? Awalnya aku itu gak yakin bisa temenan sama kamu itu, tapi semakin lama kita kenal, semakin lama kita deket, ternyata kamu itu cewek yang menarik yah, dan kalau ngobrol sama kamu itu serasa waktu berlalu begitu cepat, sekarang aku juga merasa ganjil kalau gak deket sama kamu itu atau gak ngobrol atau apa gitu, dan dan aku aku juga merasa nyaman kalau dekat kamu itu” (Ridwan berbicara dengan spontan, saking tegangnya Ridwan gak tau harus ngomong apa lagi)
“mmm hmmm, iya terus?”
“Aaa, Aku sayang sama kamu Arofah, dan dan mmm kamu mau gak jadi pasanganku??!”
“hah? Serius kamu wan? Tapi kok cepet amat”
“em em emmm iya, mmm aku juga gak tau, ini perintah isi hatiku, mungkin ini waktu yang tepat”
“kamu sayang sama aku, emangnya apa yang membuat kamu sayang sama aku sih?”
“sayang itu datang dari hati, jadi sayang itu tak butuh alasan,,,, yaa aku tau aku memang derajatnya beda jauh sama kamu, dan aku juga gak yakin kamu bisa nerima aku, tapi yaa yang penting aku sudah mengatakan yang sebenarnya, jadi sekarang aku sudah tidak punya beban lagi di hatiku, karena bebanku ya sudah aku katakan padamu”
“ya kamu jangan pesimis gitu dong,,, tapii mmm”
“kenapa?”
“tapi, maaf yah wan, kayanya aku gak bisa deh”
“gak bisa kenapa?”
“ya gak bisa aja”
“ternyata firasatku memang benar kau takkan ...”
“maksudku aku gak bisa nolak kamu Ridwan”
“Arofah”
“Ridwan”
Akhirnya merekapun berpasangan, dan bisa saling mengerti satu sama lain, dan lama kemudian merekapun pulang, dan Ridwan mengantar Arofah ke rumahnya...
“eh sayang aku duluan yah, makasih juga buat tumpangannya”
“iya sama-sama, salam juga ke mamah sama papah kamu yah, aku pulang yah, Assalamualaikum”
“iya waalaikumsalam”
Beberapa minggu telah berlalu...
Suatu pagi di ruang makan Rumah Arofah...
“Papah sekarang mau lembur lagi pah?”
“iya Arofah”
“kok cepet amat sih pah?”
“iya soalnya perusahaan papah itu sekarang lagi sekarat nak”
“pah tau gak nanti besok kan ulang tahun aku pah”
“iya papah tau, kamu mau papah kasih hadiah apa? Mobil? Handphone? Gadget? Atau apa?”
“aku gak mau hadiah kok pah”
“hah? Tumben kamu gak minta hadiah, biasanya tiap ulang tahun pasti kamu minta hadiah, terus kamu maunya apa sayang?”
“aku Cuma mau Papah dateng di pesta ulang tahun aku pah”
“ya kalau itu sih gak bisa fah, kan tadi papah bilang lembur, dan perusahaan lagi krisis ekonomi, jadi ya harus banyak perhatian”
“kenapa sih papah itu selalu perhatiannya sama perusahaan melulu, gak pernah perhatian sama Arofan atau mamah”
“kok kamu bicara seperti itu Arofah, ini papah kan ngelakuin ini semua buat nafkahin kamu sama mamah kamu, biar kamu itu bahagia gak susah”
Arofah langsung berhenti makan dan berdiri...
“Aku gak bahagia pah kalau Cuma karena harta doang, aku itu Cuma mau perhatian dari papah, aku mau kita itu kaya dulu lagi pah, uhh ya sudahlah aku mau sekolah dulu, Assalamualaikum”
Arofah lalu pergi meninggalkan orang tuanya dengan wajah yang agak kesal...
“Arofah arofah tunggu arofah! Ahhhh”
“sudah pah sudah, Arofah kan memang seperti itu orangnya”
“heeeuhhh, pasti mamah yah mah yang ngajarin Arofah jadi kaya gitu, ngelawan sama orang tua”
“Astaghfirullah enggak pah”
“halllaahh itu sih buktinya, emang mau salahin siapa lagi, orang yang ngurus Arofah Cuma Mamah doang kok gak ada siapa-siapa lagi,,,, jaaahhh dasar tidak berguna”
Pak Broto (Ayah Arofah) pun lalu pergi tanpa pamit kepada istrinya...
Di sekolah, Arofah masih merasa kesal kepada Ayahnya dia hanya duduk sendirian di taman, dan Ridwan pun datang, duduk menghampiri Arofah disampingnya, dan sambil menyanyikan lagu dengan gitar yang ia pegang dan mulai bernyanyi...
“aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
karena langkah merapuh tanpa dirimu
bayangmu seakan-akan...
Kau seperti nyanyian dalam hatiku yang memanggil rinduku padamu ouou
seperti udara yang ku hela kau selalu ada”
“suara kamu bagus banget sih, main gitarnya juga bagus juga kok aku suka, apalagi itu tadi kan lagu kesukaan aku”
“hahaha iya makasih, kamu kenapa sih kok dari tadi bengong melulu kaya lagi ada masalah, cerita dong”
“mmm gapapa, biasalah masalah di rumah”
“ohh”
“eh nanti malem kamu ke rumah aku yah, biasa ajarin aku hehehe”
“oke deh siappp”
Di rumah arofah...
“eh sayang udah dateng, ayo masuk dulu”
“maaf ya sayang nunggunya lama”
“haha iya gapapa kok tenang aja, aku ambil minum dulu ya?”
“iya”
Brugggg, tiba-tiba suara pintu terbuka dengan keras dan ternyata itu adalah Pak Broto...
“Ya Allah papah, kok papah sudah pulang? Katanya papah mau lembur?”
“Papah gak jadi lembur lah”
“ohh gitu, oh iya pah kenalin ini Ridwan temennya Arofah!”
Betapa kagetnya Ridwan melihat Ayahnya Arofah yang ternyata itu adalah pak Broto, bos Ayahnya di perusahaan...
“kamu?! Ngapain kamu ada disini hah?!”
“eh papah dateng kok marah-marah gitu sih pah”
“Arofah! Ini temen kamu?”
“bukan pah, Ridwan pacar aku”
“hah?! Pacar?!”
“Arofah kamu itu buta? Liat dong dia ini siapa, dia ini Cuma anak OB Arofah, dia punya modal apa hah?”
“aku gak liat dari kaya atau miskinnya pah”
“papah gak peduli, pokoknya papah muak liat muka dia,,,, sekarang mendingan kamu pergi dari sini, pergi, kamu itu gak pantas buat berdiri di rumah ini!!”
“Papah jangan papaah,”
Pak Broto terus menarik keluar Ridwan, tetapi Arofah menahannya, dan akhirnya Arofahpun kena tamparan oleh ayahnya
“Plaakkkk, dasar kamu keterlaluan”
“Ya Allah papah, istighfar pah istighfar”
“Lepaskan saya pak! Saya bisa pergi sendiri, tapi bapak jangan nampar Arofah seenaknya dong, Arofah ini perempuan”
“Arofah itu anak saya, jadi saya bebas ngelakuin aja sama dia paham kamu!!”
“Bapak memang gak punya hati!”
Disebut-sebut tidak punya hati oleh Ridwan, Pak Broto pun kembali memanas dan langsung memukul Ridwan...
“dukkkk, Ya Allah papah, sudah papah, Astaghfirullah”
“Ahhhhh, aku sudah muak hidup disini!!!”
Lalu Pak Broto pun masuk ke dalam mobil dan berniat untuk keluar rumah, Ridwan dan Arofah langsung mengejar Pak Broto...
“Papah mau pergi ke mana papah?”
“Pahh jangan pergi pahh, sayang ayo kita kejar pake motor kamu”
“Ayo”
Mobil pak Broto melaju dengan sangat kencang, motor Ridwan tidak mampu mengejarnya, lalu Ridwan mengendarai dengan kecepata penuh pula, dan tiba-tiba motor yang dinaiki oleh Ridwan dan Arofah oleng karena hilang keseimbangan dan remnya pun blong...
“sayang motor kamu kenapa sayang?”
“aku juga gak tau sayang, kayanya ini ada masalah deh”
“rem dong rem”
“ini udah tapi remnya kok blong yah”
“hah? Ya Allah”
“Arofah, aku ingin mengatakan sesuatu padamu”
“Apa itu?”
“aku mencintai kamuuuu!!”
Lama kemudian, motor yang ditumpangi Ridwan dan Arofah menabrak sebuah bangunan, Ridwan terpental jauh dan kepalanya terbentur dengan keras sehingga mengalami pendarahan yang amat banyak, Ridwan pun langsung tak sadarkan diri, begitu pula dengan Arofah ia terpental tetapi ia masih sadarkan diri dan matanya terkena serpihan kaca, sehingga ia tak dapat melihat...
Pak Broto sangat kaget melihat mereka mengalami kecelakaan, ia langsung memutar balik mobilnya, menghampiri mereka berdua dan menghubungi ambulance...
“Ridwan, Ridwan kamu dimana Ridwan, kok ini gelap banget sih?”
“Arofah, Arofah, ini papah Arofah, sekarang kamu tenang dulu yah”
“Pah, Ridwan mana pah!?”
“Ridwan itu baru saja dibawa ke rumah sakit, sekarang kamu juga ke rumah sakit yah!”
“Pahhh Ridwan paahhh”
Arofah lalu pingsan di pangkuan pak Broto, dan langsung di bawa ke rumah sakit...
Sesampainya di rumah sakit, Pak Broto menghubungi Ibu Arofah, dan Udin (Ayahnya Ridwan)...
“Pak Broto, mana anak saya pak? ada apa dengan anak saya pak?”
“Tadi anak kamu kecelakaan Udin ketika mengejar saya, dia berboncengan sama Arofah”
“Astaghfirullahal’adziim”
“Udin sekarang kamu tenang dulu yah Udin, anak kamu sedang diperiksa oleh dokter”
Lama kemudian, dokter keluar...
“Pak bagaimana keadaan anak kami dok?”
“Bapak ibu tenang dulu yah, untuk Arofah ia tidak apa-apa hanya saja maaf ya bapak ibu, Arofah mengalami kebutaan total, dan untuk Ridwan, kondisinya sangatlah kritis pak, ia mengalami pendarahan hebat di kepala, dan hanya doa Bapak Ibu sekalian dan Tuhan yang dapat menentukan...
“Ya Allaaaaah”
Disana Pak Broto, Ibu Broto, dan Udin, menangis...
“dok? Ada cara lain tidak dok, agar anak saya bisa melihat dok?”
“ada salah satu cara, yaitu operasi transplantasi mata”
“ya udah dok dok lakukan itu dok, sekarang dok langsung, berapapun biayanya pasti akan saya bayar dok, asalkan anak saya bisa melihat lagi dok tolonglah dok!”
“baiklah pak, kalau begitu kami akan melakukan operasi secepatnya, dan kebetulan ada juga seseorang yang matanya cocok, dan ia rela untuk di operasi”
“Alhamdulillahh”
Keesokan harinya, operasipun dimulai, dan beberapa jam kemudian operasi telah selesai, setelah Arofah sadar barulah kain penutup mata itu dibuka oleh dokter, dan Mata Arofahpun bisa melihat kembali dengan normal...
“Arofah, kamu bisa melihat?”
“mmm iya bisa dok”
“coba ini berapa?”
“itu tiga dok”
“bagus, nahhh sekarang kamu lihat, siapa ini?”
“haaaah, papah mamah!”
“Alhamdulillah Arofah kamu selamat, kamu bisa melihat dengan normal lagi ya”
“Iya mah, tapi Ridwan mana mah, aku mau liat Ridwan mah”
Disana Pak Broto dan Ibu hanya terdiam dan menunduk... Kata-kata itu adalah kata-kata yang tidak mau di dengar oleh Pak Broto dan Ibu Broto...
“Mmmm, Ridwan udah pulang Arofah!”
“pulang, aku juga mau pulang mah, aku juga mau sekalian liat Ridwan mah”
“kamu mau liat Ridwan?”
“iya mah”
Lama kemudian Pak Broto dan Ibu mengajak pulang Arofah untuk dapat menemui Ridwan. Dan ternyata Pak broto tak pergi ke Rumah Ridwan, atau rumah Arofah. Arofahpun bingung...
“pah kita mau kemana sih, katanya mau ke Ridwan”
“iya nak kita kamu kesana” (Pak Broto berbicara sambil mengeluarkan air mata)


Dan ternyata tempat yang mereka tuju adalah
.
.
.
.
.
Kuburan...
Betapa kagetnya betapa sedihnya betapa hancurnya Arofah melihat Ridwan yang ternyata sudah terbaring di dalam Kubur, Arofah tidak percaya bahwa cinta sejatinya sudah pergi untuk selama-lamanya...
Arofah sangat sedih dan menangis berteriak nama Ridwan, sambil memeluk batu nisannya...
“Ridwaaaan, Ridwaaannn, kenapa kamu tinggalin aku Ridwan?!!”
“Nak Arofah, sebelumnya Ridwan sempat menuliskan surat untuk nak Arofah, ini suratnya”
“ini surat apa pak Udin”
“katanya itu hadiah”
Lalu Arofah membuka surat itu dan langsung membacanya, isi surat itu adalah...
Arofah, Selamat Ulang Tahun yah, semoga kamu panjang umur dan sehat selalu, disini aku akan selalu mendoakanmu agar kau diberi kebikmatan, kemudahan, dan kesabaran oleh Tuhan...
Maaf ya Arofah sebelumnya, aku tidak bisa memberimu apa-apa, aku tak bisa memberimu kebahagiaan, yang bisa aku berikan padamu kini adalah mataku, aku sadar hidupku tak akan lama lagi, maka di sisa hidupku ini aku ingin membuatku berguna untuk orang lain, termasuk memberikan mataku kepadamu, ini mungkin hadiah pertama dan terakhir dari ku untukmu, dengan seperti ini aku harap aku akan bisa selalu berada di dekatmu, semoga dengan mata ini kau bisa melihat cahaya, melihat cerahnya masa depanmu, dan juga dapat melihat cinta sejatimu...
Demikian surat singkatku untukmu sayangku...



Your Love

Ridwan


Arofah sangat sedih, dan membaca suratnya pun sambil meneteskan air mata...
“Meskipin kini bapak tidak bisa melihat Ridwan lagi, tapi bapak masih bisa melihat matanya Ridwan di nak Arofah”
“Bapak!!...”


THE END

0 komentar:

Posting Komentar

Tolong berikan komentarnya kritik ataupun saran...